Rabu, 21 April 2021

Panti Asuhan Anak Mandiri (part 2)

 

Di Desa Baron

Waktu itu Panti Asuhan Beth-Shan masih belum memiliki anak asuh, hanya Ibu Anne yang masih muda dengan ditemani seorang rekan pertamanya, Mbak Tuti. Tinggal di Desa Baron, mereka menempati sebuah kamar kecil cukup menampung hanya satu tempat tidur dan satu buah box bayi. Raut muka mereka optimis mengayuh asa mencapai cita-cita mengelola sebuah panti asuhan bagi banyak anak-anak yatim piatu di Kota Solo.

Setiap hari sambil menanti anak asuh pertama mereka mulai menyiapkan tempat, mulai dari membersihkan kamar, menjahit sprei, memperbaiki barang-barang bekas agar mereka bisa pakai, sampai mengecat kamar. Aktivitas sepanjang siang hari selalu diwarnai keceriaan bagi kedua wanita muda itu - selalu penuh canda tawa. Mami, demikian biasa Ibu Anne dipanggil, pada dasarnya menyukai humor, sangat mudah bagi dia untuk bercerita kejadian-kejadian lucu di kesehariannya. Terkadang ia pun spontan mengerjai orang yang ia jumpai. Maka, tak heran Mbak Tuti yang setiap hari bersamanya tidak luput dikerjai guyon-guyon Mami. Dan saat malam sudah tiba, Mbak Tuti biasanya kembali pulang ke rumahnya dan tinggal Mami sendirian di kamar itu.

Sekian minggu berlalu belum juga ada tanda-tanda kedatangan anak asuh bagi mereka. Di pagi hari, Mami selalu membuka pintu gerbang rumah lebar-lebar menanti kedatangan anak asuh pertama mereka. Namun tampaknya tidak membawa perubahan apapun, rumah tetap saja masih kosong. Ini tidak menyurutkan semangat Mami dan Mbak Tuti untuk terus melanjutkan perjuangan, bahkan mereka justru semakin sering berdoa setiap pagi maupun siang hari. Inilah perjalanan iman mereka yang diawali dari apa yang mereka tidak lihat, yang tetap yakin akan sebuah panggilan dan kekuatan dari doa.

Malam itu sangat gelap dan hujan tak kunjung berhenti. Mbak Tuti yang biasanya sudah pulang ke rumah terpaksa menunggu hingga hujan reda. Mami memanfaatkan kesempatan itu untuk ngobrol banyak dengan Mbak Tuti. Tampaknya obrolan menjadi semakin seru ketika berdua berbagi banyak hal tentang bagaimana nantinya Panti Asuhan ini bisa menyelamatkan masa depan banyak anak-anak. Ketika hujan mulai reda, Mami Anne mengantarkan Mbak Tuti sampai di depan pintu untuk pulang ke rumah. Hingga waktu itu, tidak ada yang menyangka dimalam itulah mereka mengalami peristiwa hebat yang tak terlupakan bagi mereka berdua.

Mbak Tuti bergegas pulang karena malam sudah sangat larut, ia bersepeda menyusuri jalanan yang masih sangat sepi dan jarang ada rumah penduduk. Saat itu belum ada penerangan sama sekali, hanya sawah luas disekelilingnya. Mbak Tuti semakin kencang mengayuh sepedanya, lebih cepat sampai di rumah lebih baik. Belum jauh meninggalkan Panti Asuhan sayup-sayup ia mendengar suara tangis anak bayi. Suaranya cukup keras hingga membuatnya heran dan saking penasarannya ia mulai membelokkan sepedanya mencari asal suara tangis itu.

Suara bayi itu semakin keras dekat dengan sebuah rumah yang ada disitu. Mbak Tuti mulai turun dari sepedanya dan langsung mendatangi rumah tersebut. Degup jantung semakin kencang karena suara bayi bukan berasal dari dalam rumah tersebut. Makin kuat penasarannya dan mulai melihat ke sekeliling rumah. Dan matanya terpaku pada sebuah tempat, sontak Mbak Tuti melompat dan berlari ke pinggir rumah tersebut. Seorang bayi tergeletak disitu hanya dibungkus selendang tipis. Pilu hatinya melihat kondisi anak tersebut, walaupun sedikit panik naluri keibuannya mulai dapat menenangkan bayi itu.

Ternyata rumah itu sedang ditinggal oleh penghuninya, beberapa kali ia mengetok pintu dan memanggil orang di dalam rumah tetap tidak ada sahutan. Entah ini kabar gembira atau kabar memilukan, ia ingin segera membawa bayi itu ke panti asuhan. Dengan sangat berhati-hati ia mulai membawa bayi itu sampai ke Panti Asuhan Beth-Shan. Dari depan pintu rumah ia sudah memanggil-manggil Mami dengan keras. Dan ketika pintu rumah dibuka, Mbak Tuti langsung mencerocos bercerita panjang lebar bagaimana ia mendapatkan bayi tersebut.

Tampaknya malam itu menjadi malam yang panjang bagi kedua wanita muda tersebut. Tangis bayi pertama yang memperteguh arah pelayanan mereka di Panti Asuhan. Bayi yang dipercayakan melalui pergumulan doa. Demikian seterusnya satu demi satu (ini yang sering diucapkan oleh Mami), anak-anak asuh Panti Asuhan Beth-Shan terus bertambah.

Foto ilustrasi
"Mami bersama Mbak Tuti menjadi saksi hidup kedatangan anak asuh pertama di Panti Asuhan Beth-Shan, Baron. Sepanjang penulis ketahui, hingga saat ini tidak seorang pun yang tahu nama bayi tersebut. Rahasia ini tersimpan rapi jauh dalam ingatan Anne muda dan tentu saja rekan pertamanya, Mbak Tuti"



"Dalam kondisi apapun, doa adalah kekuatan paling dahsyat yang manusia miliki"

Panti Asuhan Anak Mandiri (part 1)

 Sebuah bangunan cukup besar berdiri kokoh di bilangan kota Solo. Memang sebenarnya ga berada tepat di kota Solo, tapi ada di dekat perbatasan antara Solo dan Sukoharjo. Berwarna merah dengan pagar tembok putih di sekelilingnya. Orang tak akan mengira bahwa di dalam bangunan rumah itu tersimpan sejuta cerita yang akan membuat hati menjadi terharu, pilu, atau malahan senang dan bangga.


Panti Asuhan Anak Mandiri (2017)

Ya, yang saya maksud adalah Panti Asuhan Anak Mandiri...
Sebuah Panti Asuhan Kristen di kota Solo dengan sejumlah anak-anak yang dirawat dan dididik berdasarkan nilai-nilai kekristenan. Mereka adalah jiwa dengan histori yang terbungkus dengan rapi, sekumpulan kisah dengan emosi yang mungkin takkan terucap. Semuanya jauh tersembunyi di dalam hati, larut dalam senyuman manis, gerak nan lincah, dan irama tarian yang penuh arti.

Awal mula cerita Panti Asuhan ini lahir dari pergumulan doa seorang misionaris asal Inggris, Kathleen Anne Dakin. Pada bulan Maret tahun 1972, Anne membulatkan tekad untuk pergi ke Indonesia. Sebagai seorang gadis muda tentunya ini tidak mudah, suatu keberanian yang luar biasa untuk pergi ke sebuah negara yang belum pernah dikenalnya sama sekali - seorang diri. Bahkan dengan keteguhan hatinya ia rela menghapus semua mimpi yang hampir setiap wanita muda inginkan di masa itu. Ia pergi dengan bekal secukupnya tanpa tiket pulang. Keyakinannya sangat bulat saat itu demi kecintaannya yang begitu besar pada anak-anak Indonesia.

Setiba di Indonesia, ia menetap di Pulau Jawa Tengah untuk mulai belajar budaya Indonesia. Mami Anne berusaha cepat untuk menyesuaikan dirinya dengan Indonesia. Tinggal di Sekolah Alkitab Tawangmangu (SAT), disana ia mulai mempelajari adat dan kebiasaan berbagai daerah, menghafalkan bahasa Indonesia kata demi kata yang sangat begitu asing baginya. Kala itu, mendirikan sebuah panti asuhan tidaklah semudah saat ini apalagi bagi seorang yang bukan bekewarganegaraan Indonesia. Tetapi semangatnya sangat kuat melampaui setiap kesulitan demi kesulitan itu. Hingga setelah tiga tahun berjuang dengan bantuan beberapa orang akhirnya tercapai cita-cita mendirikan sebuah Panti Asuhan yang diberi nama Beth-Shan yang artinya Rumah Perlindungan. Ia mengawali dengan mengontrak sebuah kamar kecil yang masih kosong bersama seorang wanita lain untuk membantunya. Disana lutut beradu dengan lantai, tangis air mata berlomba dengan derasnya hujan kala itu. Hingga suatu malam ia mendapatkan anak pertamanya, anak asuh Panti Asuhan Beth-Shan.

Semangatnya sekuat baja melampaui setiap tantangan dan pergumulan untuk survive. Hatinya yang sangat lembut merupakan anugrah besar bagi anak-anak Indonesia, sesuai namanya Anne (in Hebrew the meaning is : favour or grace).

Satu demi satu (ini ucapan yang sering diucapkan beliau), anak-anak asuh Panti Asuhan Beth-Shan terus bertambah. Inilah awal perjalanan panjang dari sebuah impian seorang gadis muda bagi Anak-Anak Indonesia.

quote : setiap anak adalah hembusan nafasnya
foto : saat sudah pindah di Cemani

Jumat, 06 Januari 2017

Sekelumit Tentang Kami


Panti Asuhan Anak Mandiri berada di Desa Cemani, Grogol. Karena letaknya yang berbatasan dengan Kota Solo, maka tidak perlu waktu banyak untuk menjangkau tempat ini dari kota Solo. Awal berdiri panti ini dinamakan Panti Asuhan Beth-Shan, sempat beberapa kali berganti nama hingga kini menjadi Panti Asuhan Anak Mandiri.
Keseluruhan ada 31 anak yang dirawat dan dididik di tempat ini  (data Januari 2017).  Dengan rata-rata usia 7-10 tahun, setiap anak-anak mendapat pendidikan di sekolah seperti anak lain pada umumnya.

Kesehariannya anak-anak mendapatkan bimbingan dari beberapa pengasuh yang ada, sesuai dasar nilai-nilai kekristenan. Pendidikan serta keimanan yang kokoh dipandang sebagai kekuatan dan modal besar bagi anak-anak di panti asuhan Anak Mandiri. Hal ini sangat masuk akal, karena menjumpai kebanyakan kasus kenakalan remaja hingga kekerasan dalam rumah tangga seringkali dipicu oleh pengalaman traumatik yang dialami semenjak anak kecil.

Mami (kepala pengasuh) bersama anak-anak
Oleh karena itu, pengurus Panti Asuhan ini benar-benar berupaya keras untuk memberikan pendidikan yang terbaik serta menyediakan program keseharian dengan aktivitas yang positif dan edukatif.
"Menyelamatkan satu anak saat ini akan menyelamatkan satu generasi kedepan, semakin banyak anak yang diubahkan maka semakin banyak generasi yang diselamatkan."


Panti Asuhan Anak Mandiri


Acara Natal Bersama
Play Group Therapy dengan mahasiswi Psikologi salah satu PTN

Jalan-jalan saat liburan sekolah